Ini 8 Dampak Buruk dari Broken Home Bagi Kesehatan Anak-Anak hingga Mencapai Usia Dewasa

Dampak Buruk dari broken home bagi kesehehatan anak

Dampak buruk dari broken home bagi kesehatan anak yang paling sering kita dengar itu adalah merasa depresi, stress, nakal dan tidak punya rasa kepercayaan diri sama sekali. Kita sebagai manusia tidak bisa menuntut Tuhan agar kita bisa dilahirkan di keluarga yang berada dan kaya, dan kita juga tidak bisa menuntut Tuhan kenapa kita lahir di keluarga yang berantakan. Namun, Tuhan itu sudah punya skenario terbaik dalam hidup kita masing-masing.

Banyak orang yang sudah menikah dan mempunyai seorang anak, namun tidak mensyukurinya sama sekali. Kalian sudah tau tidak apa pengertian sebenarnya dari Broken Home itu? Broken Home itu bukanlah arti bulat dari Rumah Rusak, namun kita bisa jabarkan menjadi yang dimana kondisi keluarga yang ada dibawah atap rumah itu sudah tidak lagi utuh dan tidak hidup rukun. Berada di kondisi broken home bukanlah suatu hal yang mudah dan gampang untuk dilalui. Perlu banyak tenaga, energi, cara untuk bisa bangkit dari rasa kesepian di dalam rumah.

Ada saja sebagian orang yang broken home, dan harus terpaksa memilih antara ibu dan ayahnya. Memiliki ibu saja memang terasa aman saja, tapi bukan dengan anak perempuannya. Begitu juga dengan ayah, punya ayah bukan hal yang mudah untuk seorang anak laki-lakinya. Semua orang perlu kedua orang tuanya untuk bisa berkembang, bertumbuh dan bisa mencapai target hidupnya.

Ada saja yang mengartikan kalau broken home ini bukan hanya berasal dari 1 permasalahan saja, contohnya perceraian kedua orangtua, salah satu dari orang tua meninggal dunia, orangtua selingkuh dan adanya permasalahan yang tidak bisa terselesaikan dan akhirnya harus berpisah gitu aja.

Beberapa dari kita atau teman kita yang lain, pasti ada yang menjadi salah satu anak broken home, tapi disini kita bukan bermaksud untuk membully nya namun mari kita membangkitkan rasa semangat dalam dirinya. Beberapa dari orang diluar sana pasti juga mengalami masa kecil yang susah dan senang hingga remaja sekalipun. Ada yang tinggal di keluarga hebat, rukun ada juga yang tinggal di dalam keluarga yang berantakan. Sekali lagi, kita tidak bisa menuntut Tuhan begitu saja. Tapi, kita harus berani untuk ambil resiko dan nasib ini.

Setelah anak dari broken home ini beranjak menjadi orang dewasa, mereka pasti akan teringat dengan masa susahnya dan tentu akan ada masalah pada mental, fisik serta psikologisnya. Kita tak perlu heran lagi kalau saat anak broken home ini bandal atau pun nakal di sekitarnya, baik di sekolah,dirumah, di masyarakat dan lainnya. Menurut Seorang Psikologi Anak yaitu Seto Mulyadi, beliau mengatakan bahwa anak-anak yang mulai kecil tidak merasakan rasanya kasih sayang hangat kedua orangtua, ini akan mengakibatkan anak yang tadinya dari broken home itu akan cenderung ke arah menjadi anak nakal. Tanpa disadari, disini orangtua yang lalai akan masa depan anaknya, mereka hanya perlu kasih sayang orangtuanya sedari dini, namun orangtuanya hanya mengedepankan egois mereka masing-masing.

Kita juga pasti akan berpikir kalau anak yang berasal dari broken home itu adalah anak yang kurang perhatian, dan bahkan akan menyebabkan mental, fisiknya itu ngedrop habis. Kenapa begitu ya? Orangtua adalah penghangat yang terbaik didalam hidup si anak. Jika anak disiplin, baik, pintar, bijaksana pasti ada orangtua yang hebat dan kuat di belakangnya, namun jika anak tersebut nakal, dan susah untuk dibilangin pasti kita langsung bisa tebak kalau orangtuanya tidak mendidik dan menjaga anaknya dengan baik.

Anak-anak bahkan remaja dan dewasa pasti pernah dipatahkan orangtuanya semangatnya hanya dengan kata-kata saja. Karna lebih sakit jika harus dihina di keluarga daripada orang luar sana. Kata-kata orangtualah sebenarnya yang membuat anak-anak tersebut happy, tapi jika itu menjatuhkan anak tersebut akan sama sekali membangkang. Menjadi keluarga yang utuh itu adalah salah satu impian oleh seorang anak broken home dan juga nggak semua anak ataupun orang yang broken home suka ditanyain mengenai orangtuanya.

Berikut dampak buruk dari broken home bagi kesehatan anak

Ini dia 8 dampak buruk dari broken home bagi kesehatan anak-anak hingga dewasa. Yuk simak dengan baik.

1. Merasa Kesepian disertai Depresi

Kalian tau tidak, kalau merasakan kesepian itu sudah menjadi rasa manusiawi yang sudah wajib. Tapi, merasakan kesepian untuk orang broken home itu beda, dan orang yang broken home itu sangat rentan atau sering merasakan kesepian akibat dari kehilangan orang yang punya peran penting dalam tumbuh kembangnya anak tersebut. Merasa kesepian itu tidak bisa kita buat menjadi alat untuk membully anak broken, tapi harus kita lindungi dan dekap dengan erat agar mereka bisa berkembang dan bertumbuh layaknya anak-anak seusianya yang lain.

Rasa kesepian ini tidak bisa kita vonis sebagai rasa yang mutlak dialami oleh orang banyak, merasa kesepian timbul pada anak sewaktu perceraian atau perpisahan kedua orangtuanya. Anak-anak yang sudah terbiasa dengan luasnya terbuka akan menjadi anak tertutup akibat masalah kedua orangtuanya. Kebanyakan orang dan anak-anak akan terbiasa menyendiri dan menghindar dari yang namanya sebuah keramaian.

Disertai dengan merasa kesepian, anak tersebut akan merasakan juga yang namanya depresi. Sangat sulit untuk diluluhkan, seseorang yang mengalami broken home disertai depresi dan kesepian. Mereka akan lebih cenderung menyalahkan diri mereka sendiri, karena mereka percaya perceraian orang tuanya pasti gegera dirinya sendiri. Dia juga berpikir bahwa mereka adalah beban keluarganya sendiri. Maka dari itu, kesepian ini akan dapat memicu seseorang untuk depresi berat.

2. Kepercayaan Dirinya Menurun

Kepercayaan diri merupakan berani tampil dan tidak ada gentar, serta selalu berada dalam hal positif dan tidak ada sangsinya. Anak akan selalu merasa kepercayaan dirinya itu menurun, kurang bergaulnya anak akan membuat kepercayaan dirinya menurun, loh. Mereka akan selalu merasa takut untuk bergaul,karna takut juga untuk dibully. Kita tau tingkat Bully di dunia akan semakin melonjak dan meningkat.

Mereka akan merasa rasa yang menggebu-gebu karena adanya perasaan kurang percaya. Nah, kepercayaan diri ini bisa ditingkatkan dengan cara membangun komunikasi yang baik antar anak dan keluarga terdekatnya atau bahkan bisa juga dengan teman sekelasnya, agar interaksi itu berjalan dengan baik.

3. Perkembangan Akademik yang Tidak Konsisten

Kalian tau tidak, kenapa nilai akademik itu berhubungan dengan keadaan rumah atau keluarganya? Karena orang tua ataupun keluargalah yang akan mendukung dan mendorong untuk berprestasi nya di sekolah. Kalau keluarga itu tidak mendukung adanya prestasi dalam akademik seseorang maka otomatis anak itu akan merasa dirinya sendiri tidak berguna dan tidak berkembang. Perkembangan nilai akademik yang tidak konsisten ini lah yang akan menambah rasa takut, depresi dan khawatirnya dalam diri si anak tadi.

Karena bagaimana pun, orang tualah sumber penyemangatnya. Perpisahan semacam apapun itu, seperti perceraian,salah satu orang tua meninggal, pasti akan berpengaruh pada perkembangan anak tersebut dalam bidang apapun itu. Pikiran negatif yang mereka rasakan tidak akan bisa mereka bunuh dengan instan atau gampang. Setelah mereka tau mereka dapat nilai jelek di sekolahnya, temannya itu pasti akan membully dan timbulnya pikiran negatif pada anak broken home untuk berbuat jahat dan kekerasan.

4. Merasa Sensitif dalam Berbagai Hal

Anak akan merasa sensitif kalau melihat teman dan tetangganya itu kompak dengan orangtuanya. Setelah mereka melihat hal seperti itu, rasa sensitif tadi berkembang menjadi rasa cemburu yang akut dan kesepian. Anak ataupun orang dewasa akan merasa lebih sensitif jika ada suatu permasalahan dikeluarganya.

Hal ini juga mereka akan maklumi, jika dalam keluarga barunya setelah broken home ada kekerasan, pertengkaran, suara teriak yang keras atau bahkan barang-barang yang pecah. Hal itulah yang buat mereka jauh lebih sensitif dan akan membuat mereka menutupi hal tersebut ketika keluar dari rumah.Berusaha kuat di publik akan membuat mereka selalu sakit hati dan rapuh yang dipendam sejak lama.

5. Merasakan Kurangnya Kasih Sayang

Siapa bilang orang broken home akan selalu mendapatkan kasih sayang? Meskipun itu berasal dari keluarga barunya, itu nggak akan selalu penuh untuk dirinya. Itulah makanya kasih sayang dari orangtua, keluarga terdekat dan bahkan teman sahabatnya sangat perlu untuk menguatkan mereka.

Merasakan kurangnya kasih sayang itu dan kerinduan untuk kembali utuh semuanya itu sangat dirindukan oleh anak yang broken home. Ketika anak tersebut tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang penuh sukacita, kasih sayang, cinta kasih mereka akan mudah untuk bergaul dan juga akan menularkan rasa sukacita mereka ke orang lain. Sedangkan tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang runtuh, mereka akan lebih cenderung merasa dirinya nggak layak untuk hidup.

6. Merasa Terpuruk dan Rapuh

Terpuruk sudah tentu menjadi bagian dari si anak broken home. Mengapa tidak? Keluarga yang mereka anggap seperti nadi dekatnya akan berubah menjadi batu yang tidak bisa dicairkan dan disatukan lagi. Anak broken home akan selalu merasa terpuruk yang dalam dan rasa sakit dan terluka kecewa yang dalam juga.

Tidak heran kalau kita lihat orang yang broken home akan merasa dirinnya lebih baik jika menyayangi orang lain ketimbang dirinya sendiri. Mereka menyayangi orang lain bukan untuk mendapatkan imbalan agar disayangi balik,tapi agar mereka tidak kehilangan kasih sayang dari orang sekitarnya dan mengalami hal yang sama dengan dirinya. Dan lebih salutnya lagi, mereka bisa memahami psikologis seseorang ketika sedang dalam keadaan yang terpuruk, mereka akan mencoba menghibur mereka dengan cara mereka sendiri.

Rapuh dalam hati dan mental juga mereka alami, karena rapuh bukan berarti bisa diobati secara instan, namun harus dengan usaha yang keras untuk bisa keluar dari yang namanya rapuh. Rapuh itu akan menghantar mereka menjadi orang yang lemah, namun jika mereka selalu berusaha bangkit dan mencoba hal baru dan positif maka rasa rapuhnya itu bisa diobati.

7. Takut Untuk Berkomitmen Saat Dewasa Tiba

Melihat orangtua yang berpisah dan bercerai, akan membuat mereka merasa belum siap dan takut untuk berkomitmen. Jika berkomitmen ini sulit untuk dilakukan, maka mereka punya rasa takut yang kelam di dalam keluarganya. Anak-anak yang sudah menginjak umur dewasa dan lebih matang dan belum siap untuk berkomitmen untuk menikah, pasti dapat kita ketahui mereka ada masa lalu yang kelam dan super menakutkan. Kenapa tidak? Mereka takut untuk menjadi orang seperti kedua orangtuanya itu.

Kalau ditanya kapan menikah, mereka akan cenderung diam dan tertawa saja, karena orang lain tak perlu tau kalau dia takut dengan pernikahan yang berujung perceraian. Kegagalan dari orangtuanya itulah yang akan membuat mereka takut, namun jika mereka sudah mulai percaya diri untuk berkomitmen, maka akan segera memulai keluarga barunya, tentunya tidak mencontohkan kedua orangtuanya di masa lalu.

8. Kesehatan Mental yang Terganggu

Kesehatan mental seseorang itu patut untuk dijaga. Karena jika mental saja tidak sehat, maka jiwa dan pikirannya juga tidak seimbang. Itulah makanya, kalau orang-orang yang mengalami broken home, cenderung lebih mudah tersinggung dan mengalami mental yang down. Hanya karena seseorang mengucapkan yang sedikit salah saja, akan membuat mereka tersinggung dan akan selalu diingat.

Jika ada orang yang juga merasa kesehatan mentalnya terganggu, maka itu akan berpeluang besar menjadi orang yang kurang waras. Maka dari itu, jika kalian atau pun ada kenalan kalian yang mengalami broken home sedari kecil, cobalah untuk merangkulnya dan mencoba menghibur bagi mereka, agar mereka punya kesehatan mental yang baik.

Gejala dari kerusakan kesehatan mental itu, seperti berikut ini.

  1. Selalu berhalusinasi tentang hal yang nggak baik.
  2. Bertengkar dengan teman, anggota keluarga karna masalah kecil saja.
  3. Merasa ketakutan, khawatir dan rasa yang bersalah secara berlebihan pada diri seseorang.
  4. Punya tujuan dan pikiran untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain.
  5. Hilangnya daya konsentrasi secara tiba-tiba.
  6. Minum minuman beralkohol, merokok, pakai narkoba dan berhubungan seks yang tidak sewajarnya untuk dilakukan.
  7. Merasakan jadi orang yang pelupa, pikun, sedih, putus asa, mudah marah dan tersinggung.
    Itulah rangkuman tentang gejala dari orang yang mengalami kerusakan pada kesehatan mentalnya.

Baca Juga: Tips Mengatasi Bau Badan

Kesimpulan

Untuk kalian yang memiliki seseorang dengan keadaan broken home, cobalah untuk merangkul mereka dan memberikan kasih sayang yang seharusnya mereka dapatkan. Jangan malahan kita semakin membully mereka dengan kondisi pahit seperti itu. Jadilah tempat berbagi buat mereka, jangan buat mereka cemburu karena kalian punya yang tidak mereka miliki. Mereka semua berhak dapatkan kebahagiaan nya tersendiri dengan adanya kalian disamping mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses cookies to offer you a better browsing experience. By browsing this website, you agree to our use of cookies.